Jumat, 24 Desember 2010

Tour de Cangkringan (Merapi)

Kamis, tanggal 23 Desember kemarin, alhamdulilah di beri kesempatan untuk menengok sodara-sodara yang terkena musibah bencana merapi..

Sebenarnya yang punya acara ke Merapi adalah ayah n teman-teman guru nya (SMA 1 Kejobong Purbalingga). Karena rombongan Kejobong Cuma 4 orang,, hubby nawarin aq n anak-anak mau pulang bareng nggak sekalian liburan di Jogja sambil nengok mbahe chinno dari pihakku karena baru pulang dari RS. Daripada naek travel dewekan. Akhirnya aq mau dweh,,heheehe.

Dari Purbalingga berangkat jam 05.30 WIB mampir di Bukateja buat beli sarapan n njemput teman hubby.. dari Bukateja kalo ga salah berangkat jam 06.30an..

Alhamdulilah, di perjalanan anak-anak ga ada yang rewel, chinno tidak muntah ato ngeluh perutnya sakit, wulang juga sehat-sehat ajah n tidak rewel. Saat melewati Muntilan rombongan berhenti sebentar untuk melihat lokasi kali Putih yang beberapa waktu yang lalu terjadi banjir lahar dingin yang meluap hingga jalan dan permukiman penduduk. Sehingga jalan penghubung Magelang Jogja dan ke Semarang terputus, kemudian di alihkan melewati Kulon Progo.

Maha Besar Allah, Pasir n batu-batu menutupi rumah-rumah penduduk serta banyak ruko-ruko yang tertimbun sedalam 1-2 meter.. Waktu kami sampai di tempat masih di lakukan upaya pengerukan pasir yang menimbun rumah- rumah penduduk, serta ada alat berat yang masuk ke Kali melakukan pengerukan pasir dalam upaya membuat jalan air agar kembali mengalir pada jalurnya. setelah berhenti sekitar 10 menit, perjalanan di lanjutkn kembali..

Alhamdulilah sampai rumah sekitar jam 10.30 an WIB. Setelah istirahat, makan siang dan shalat Dhuhur. perjalanan di lanjutkan kembali,, alhamdulilah aq n anak-anak di beri kesempatan untuk ikut, ikut mobil e mbah kakung karena yang tugas nganter rombongan ke Cangkringan adalah mbah kakung n om Cahyo dari Tagana, pakde bowo juga tidak ketinggalan.

Sayang sekali, setelah sampai lokasi di Kalikuning (kunjungan pertama) cuaca tidak mendukung alias mendung. jadi Gunung Merapi nya tidak nampak secuil pun lantaran tertutup kabut. Ga papalah, yang penting masih bisa melihat keadaan sekitar merapi.

Keadaan sekitar Kalikuning dan sekitarnya benar-benar Gundul tanpa ada satu pun pohon yang hijau, benar-benar gersang dan kering. waktu itu kami ada di Dusun Pangukan yang dari puncak merapi sekitar 5-6 km.

Sabtu, 18 Desember 2010

On Sunday


mmmhh,,,hari minggu yang indah....
saatnya bersantai sejenak,meregangkan otot-otot yang kaku setelah beraktifitas selama satu minggu di jejali dengan berbagai kegiatan yang melelahkan.
tapi hari minggu ini ayahnya anak-anak teteup ga bisa sante d rumah,, ada acara pertandingan pencak silat di smp 2 bukateja purbalingga..karena hubby adalah pembimbing ekstar kurikuler makanya hubby yang mendampingi acara pertandingan tersebut.
but everything its okay,,,ga ada permasalahan yang berarti..
semua kerjaan rumah tangga udah selesai,,aq cicil dari tadi malam,sampe d rela-relain tidur jam 01.30 dinihari..fuuhh. tapi ya hasilnya gini,,jam segini udah sante main sama my daughter n my son.. si chiwoel..

mengembangkan bakat pada anak

Pada waktu sekarang ini banyak orangtua yang menjejali anak-anak mereka dengan berbagai macam les, walaupun belum tentu anak mememiliki keterampilan. Memang usia sekolah adalah usia yang ideal untuk mengembangkan bakat anak. Bahkan, untuk keterampilan tertentu seperti piano, biola, senam atau balet, lebih dini lagi lebih baik.

Sampai usia 10 tahun, anak masih bisa menyesuaikan dirinya, namun di atas itu rasanya sulit dan sudah agak kaku. Jadi, mungkin dengan pertimbangan ini, banyak anak yang dijejali les ini dan itu oleh ibunya dengan harapan salah satu dari kegiatan itu bisa berbuah.

Perlu Motivasi dan Disiplin
Memasukkan anak dalam berbagai kegiatan adalah bagus, tetapi hendaknya dipertimbangkan pula faktor kelelahan. Sebab semakin banyak kegiatan, setiap hari ada les, anak tentu akan capek dan bisa bisa malah menolak seluruh kegiatan itu.

Pilih kegiatan yang betul-betul sesuai dengan minat dan kebutuhan anak, bukan karena orangtua yang ingin atau karena dulu ibu dan ayahnya tidak berhasil menjadi penyanyi maka anaknya pun juga diajarkan menjadi penyanyi. Sebab dari pengamatan, banyak terjadi kasus dimana anak merasa terpakasa mengikuti kegiatan tertentu demi ayah atau ibunya.

Mungkin pada anak tertentu pemaksaan ini berhasil, yaitu anak akan menunjukkan prestasi dalam bidang yang diinginkan orangtuanya, tetapi pada banyak anak malah terjadi sebaliknya, anak kurang terdorong dan akhirnya berhenti di tengah jalan.

Yang jauh lebih penting jika orangtua dan anak sepakat untuk mengikuti kegiatan tertentu entah balet, piano atau lainnya adalah dorongan dan disiplin latihan. Jangan anak hanya berlatih saat les saja, tetapi justru latihan di rumah yang penting.

Mengembangkan bakat anak memang membutuhkan ketelatenan, kesabaran yang ekstra sebab membutukan proses dan bukan mendadak menjadi bisa. Kalau kita membaca cerita atlet kita yang sukses, maka terlihat itu adalah hasil kerja keras bertahun tahun dan disiplin yang tinggi, baik anak maupun orangtua sejak dini. Memang ada yang mengibaratkan bakat dengan tanaman di mana memerlukan perawatan, perhatian, air, dan pupuk sehingga tumbuh menjadi tanaman yang sehat.

Perlu Saingan
Sebagian orang berpendapat bahwa kita tidak boleh membanding-bandingkan anak dengan anak lain sebab akan mematikan motivasi anak. Tetapi ada juga yang berpendapat lain bahwa saingan tetap diperlukan bagi anak agar bisa mempunyai patokan yang jelas tentang apa yang dituju.

Saingan memang diperlukan tetapi hendaknya orangtua mencari saingan anak dengan grade yang tidak terlalu jauh dari diri anaknya, sehingga anak merasa bisa dan mampu menjangkaunya.

Dalam membandingkan anak dengan anak lain memang harus hati-hati jangan justru menjadi bumerang yang akhirnya anak malah mogok. Orangtua harus meyakinkan anak bahwa, ”Kamu pasti bisa, ibu yakin…. Kalau temanmu bisa, kamu juga bisa asal kamu rajin belajar.”

Bakat Bisa Hilang
Setiap manusia mempunyai bakat, jadi tidak benar bila ada yang mengatakan bahwa kamu tidak berbakat. Yang jelas dalam hal ini kita belum tahu persis bakat kita itu apa dan untuk itu perlu bantuan lingkungan dalam menggalinya. Sebaliknya bakat yang ada kalau tidak dikembangkan bisa hilang.

Daftar Pustaka
Hawadi Akbar, Reni. 2001. Psikologi Perkembangan Anak: Mengenal Sifat, Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT. Grasindo

television 4 education


Gempuran media seolah tak ada henti-hentinya dari hari ke hari. Semua orang bisa mengakses informasi kapanpun dan dimanapun, tak terkecuali anak-anak di bawah umur yang kian peka terhadap perkembangan informasi. Kecenderungan anak yang senang meniru apa yang ia tangkap bisa berbalik menjadi hal negatif bila tak disertai bimbingan dari orangtua. Hal ini diungkapkan oleh Ketua Umum Yayasan Pengembangan Media Anak, B. Guntarto saat menjadi pembicara dengan tema ‘Terbatasnya Hiburan yang Mendidik Bagi Anak’.

“Tayangan tidak semua aman bagi anak. Akses internet, video games, buku anak yang tak sesuai dengan tingkatan usia, yang sebagaian besar tidak aman. Anak kita perlu intervensi dan peran orangtua,” ujar Ketua Umum Yayasan Pengembangan Media Anak, B. Guntarto, saat dijumpai di acara press conference Paddle Pop Elemagica, F’Cone FX Lifestyle X’nter, Jl. Jend Sudirman Pintu Satu Senayan, Jakarta, Senin (15/11) sore.

Menurut Guntarto, setiap anak memiliki banyak waktu luang untuk mengkonsumsi tayangan di televisi. Bahkan, waktu mereka akan lebih banyak tercurah pada televisi ketimbang menyerap pelajaran di sekolahnya. Hak inilah yang seharusnya menjadi perhatian penuh orangtua. Berdasarkan survey yang didapat oleh Yayasan Pengembangan media Anak (YPMA) pada tahun 2006 saja jumlah jam menonton pada anak usaia Sekolah Dasar (SD) mencapai 35-40 jam per minggunya atau mencapai 1.800 jam per tahunnya.

Bisa dibayangkan, betapa membanjirnya informasi yang bisa didapat anak-anak. Padahal belum tentu semuanya berdampak baik bagi anak. “Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan jam belajar mereka di sekolah dasar negeri yang hanya sekitar 800 jam per tahun. Kalau hari sekolah banyak liburnya, maka menonton televisi tidak pernah akan libur pada ank-anak,” ujar Guntarto seraya tertawa.

Bila membicarakan dampak yang bisa terjadi akibat banyaknya tayangan televisi yang dikonsumsi anak-anak, bukan tak mungkin perilaku mereka juga menunjukkan perubahan. “Kalau mereka banyak menonton tayangan anti sosial, mereka akan belajar menjadi pribadi yang anti sosial juga, sebaliknya kalau pesannya yang disampaikan baik maka akan belajar hal-hal yang baik pula dari media, anak akan meniru dari media,” ucap Guntarto. “Pada dasarnya, anak akan belajar dari apa yang mereka temui dan mereka lihat dari lingkungannya, termasuk dari media. Ini adalah proses imitasi (meniru) dan identifikasi dari tokoh yang mereka sukai atau kagumi,” tambah Guntarto.

Sebagai kesimpulannya, Bunda, sebaiknya mulai memperhatikan tayangan apa saja yang biasanya dikonsumsi anak di waktu senggangnya. Mulailah bersikap kritis namun membangun serta memberi pengetahuan terhadapa anak akan tayangan yang digemari. “Orang dewasa membantu anak dalam menyediakan akses terhadap isi media yang aman, sesuai dengan kelompok usianya, dan mengandung nilai-nilai positif,” tutup Guntarto.

swimming 4 baby

THERAPY UNTUK BAYI ANDA !!!
Latihlah bayi Anda berenang sejak dini, karena menurut survey dan penelitian banyak manfaat yang akan di dapatkan dengan melatih bayi anda berenang, antara lain :
1. Anak yang sejak bayi diajarkan berenang di air memiliki IQ yang lebih tinggi.
2. Berenang Merangsang Motorik di seluruh tubuh Bayi
3. Membantu pertumbuhan tubuh bayi
4. Berenang dapat membantu perkembangan dan memperkuat jantung dan paru-paru pada bayi 5. Menambah Nafsu Makan Bayi
6. Membuat bayi tidur lebih nyenyak.
7. Berenang melatih penglihatan, pendengaran, sentuhan dan keseimbangan pada bayi .

melatih konsentrasi anak



Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu, hingga pekerjaan itu dikerjakan dalam waktu tertentu. Pada beberapa anak bisa mengalami kesulitan, kesusahan dan gangguan dalam hal konsentrasi dan atensi yang ia berikan. Banyak pula orangtua yang juga mengeluh dan bingung dalam meningkatkan dan mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi.

Sulit berkonsentrasi, terlebih dahulu harus dilihat apa penyebab anak sulit berkonsentrasi? Banyak para orangtua yang bingung dan kawatir dengan keterangan sekolah dan pihak pengajar mengenai anak yang termasuk hiperaktif dan sulit dalam berkonsentrasi.

Pertanyaan yang harus bisa dijawab terlebih dahulu adalah apakah penyebab anak mengalami gangguan dalam konsentrasi? Bentuk pengajarannya yang tidak menarik dan membosankan ataukah anak memang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.

Gangguan Konsentrasi tergolong ke dalam salah satu jenis gangguan ADHD, singkatan dari Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau dalam bahasa Indonesia Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH), suatu kondisi yang juga dikenal sebagai Attention Deficit Disorder (sulit memusatkan perhatian).

Gangguan Pemusatan Perhatian (Attention Deficit Disorder / ADD) adalah suatu pemusatan perhatian yang buruk (singkat) dan sifat impulsif (mengikuti kata hati) yang tidak sesuai dengan usia anak. ADD merupakan suatu masalah dalam pemusatan perhatian, konsentrasi dan ketekunan menjalankan tugas. Anak juga mungkin bersifat impulsif dan hiperaktif.

Contoh bentuk dari masalah ini adalah sering melakukan kesalahan sembrono, tidak mendengarkan dengan baik, tidak mengikuti instruksi, mudah teralihkan, dan mudah lupa dengan aktifitas sehari hari. Dan hal ini terjadi ada pada lebih dari satu situasi misalnya di rumah, sekolah, klinik dan lain lain.

Ibu Nani (nama samaran) mengatakan: “Anakku sebelum menginjak umur 8 tahun punya masalah dengan konsentrasinya tetapi semakin besar aku perhatikan perkembangannya di sekolah maupun lingkungan menjadi suka berpikiran kosong. Itu saya temuin ketika dia les matematika yang mana sering bengong dan tidak membuat jawaban sehingga harus ditegur dan ditegur lagi untuk mengingatkan dia dalam bertugas. Kalau di tempat les bolanya pun dia sering bengong pula. Kira kira solusi apa yang pantas buat anak saya agar dia dapat lebih konsentrasi di sekolahnya. Karena kalau secara omongan kayaknya sudah capek saya memberitahu dia.”
Ada beberapa hal yg bisa Ibu Nani lakukan dalam menangani masalah konsentrasi anak. Berikut adalah beberapa hal yang bisa dilakukan dalam mengatasi anak sulit berkonsentrasi :

1. Membuat rules. Jadi, Ibu Nani dan Anak bisa duduk bersama untuk membuat rules yang akan disepakati bersama saat belajar. Misalnya :

a. Sit down properly
b. Look at the teacher (siapa pun gurunya)
b. Listen to the teacher
d. Do your work fast
e. etc (Ibu bisa tambahkan sesuai kondisi anak)

Kemudian tulis rules tersebut, dan tempel di tempat belajarnya di bagian yg mudah terlihat. Dengan demikian, diharapkan nantinya Ibu Nani tidak lagi selalu berteriak untuk mengingatkan, karena rules tersebut diharapkan bisa menjadi “sign” bagi anak tentang perilaku yang harus ditampilkan saat ia belajar. Diharapkan pula, anak bisa menggeneralisasi rules tersebut di sekolah.

2. Membuat “sign” dengan waktu, sehingga anak sadar bahwa dalam mengerjakan tugas ada time limit-nya. Misalnya : dengan menggunakan timer atau stop watch. Bila ia sudah memahami konsep jam, Ibu Nani bisa meletakkan jam weker di dekatnya, dan mengatakan : “Adek punya waktu 30 menit untuk mengerjakan tugas. Sekarang jam 8, jadi jam 8.30 Adek harus sudah bisa menyelesaikan semua tugas itu.”

3. Saat belajar di rumah, Ibu Nani harus membuat simulasi seperti layaknya belajar di sekolah. Jadi, usahakan setting tempat belajarnya juga seperti di kelas (ada papan tulis dan Ibu Nani bisa menuliskan soal soal atau materi belajar dan meminta adek mencatatnya, dan lain lain). Saat mengajarkan juga usahakan seperti guru nya di sekolah (Ibu Nani berjalan-jalan saat menyampaikan materi sehingga kita bisa melihat apakah anak memperhatikan atau tidak), jadi tidak selalu duduk di samping anak.

4. Memecah waktu belajarnya menjadi beberapa kali. Misalnya, waktu belajar yang satu jam, kita pecah menjadi tiga kali dalam satu jam (per 20 menit) dan diselingi dengan istirahat selama lima menit. Bila anak sudah konsisten dengan waktu 20 menit, maka bisa kita tambah waktu belajarnya menjadi 30 menit, dan seterusnya. (Maesyaroh, Fajriati : Psikologi Bunga Matahari)

Perlu di perhatikan, semuanya akan membutuhkan usaha maksimal, konsistensi, kesabaran dan do’a dari kita. Proses ini akan sangat panjang dan lama. Untuk melatih konsentrasi anak bisa dilakukan cara mudah berikut ini:

1.Menjumput (menggunakan jempol dan telunjuk) butiran beras atau kacang merah sambil menghitung jumlahnya, selain melatih konsentrasi juga melatih motorik halus anak….

2. Memindahkan air dari mangkuk/baskom kedalam botol dgn menggunakan tutup botol tsb. dilakukan dgn tangan kanan dan kiri secara bergantian.

3. Bermain Puzzle juga diyakini dapat meningkatkan konsentrasi dan memori anak.Kotak susu bekas dapat dibuat menjadi puzzle sederhana.

4.Menyusun balok bisa juga dilakukan. Menyusun balok secara horisontal keatas maupun vertikal dalam bentuk barisan.

5. Berenang, terutama dengan gaya bebas juga merupakan olahraga yg baik untuk anak, karena berenang bisa menstimulasi indera2 sensoris, melatih konsentrasi, juga menstimulasi otak kanan dan kiri (pada gerakan gaya bebas).

Semua kegiatan diatas dapat di barengi dengan sebuah pemberian hadiah, pujian atau pemberian yang ia suka agar ada timbal balik dan motivasi dari apa yang telah ia lakukan. Kegiatan diatas juga bisa digunakan dalam bentuk permainan bagi anak. Sebelumnya dilihat dulu mana mana dari poin diatas yang bisa di lakukan oleh anak.

Senin, 13 Desember 2010

merawat gigi anak 0-24 bulan

Umumnya penyakit dan kelainan gigi pada anak merupakan salah satu gangguan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan anak. Sejak gigi susu mulai tumbuh, orangtua harus bertanggungjawab membersihkan gigi bayi mereka. Walaupun gigi anak hanya merupakan gigi susu yang keberadaannya hanya sementara, namun kesehatan gigi susu berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak di kemudian hari. Karena itu, sebagai orangtua perlu mengetahui bagaimana merawat gigi anak sejak bayi dengan cara yang benar, agar kesehatan gigi dan mulut anak teratasi.

Cara merawat mulut bayi pada saat usia 0 – 6 bulan:

1. Bersihkan gusi bayi anda dengan kain lembab, setidaknya dua kali sehari

2. Jangan biarkan bayi anda tidur sambil minum susu dengan menggunakan botol susunya.

3. Selesai menyusui, ingatlah untuk membersihkan mulut bayi dengan kain lembab

4. Jangan menambah rasa manis pada botol susu dengan madu atau sesuatu yang manis.

Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 7-12 bulan:

1. Tanyakan dokter anak atau dokter gigi anda apakah bayi anda mendapat cukup fluor

2. Ingatlah untuk membersihkan mulut bayi anda dengan kain lembab ( tidak basah sekali), sehabis menyusui.

3. Jangan biarkan bayi tidur dengan botol susunya (sambil minum susu dari botol) kecuali air putih.

4. Berikan air putih bila bayi anda ingin minum diluar jadwal minum susu

5. Saat gigi mulai tumbuh, mulailah membersihkannya dengan menggunakan kain lembab. Bersihkan setiap permukaan gigi dan batas antara gigi dengan gusi secara seksama, karena makanan seringkali tertinggal di permukaan itu.

6. Saat gigi geraham bayi mulai tumbuh, mulai gunakan sikat gigi yang kecil dengan permukaan lembut dan dari bahan nilon.

7. Jangan gunakan pasta gigi dan ingat untuk selalu membasahi sikat gigi dengan air.

8. Periksakan gigi anak anda ke dokter gigi, setelah 6 bulan sejak gigi pertama tumbuh, atau saat usia anak setahun.

Cara merawat mulut dan gigi bayi pada usia 13-24 bulan:

1. Mulailah perkenalkan pasta gigi berfluoride

2. Jangan biarkan anak tidur dengan botol susu (sambil minum susu dari botol), kecuali air putih.

3. Pergunakan pasta gigi seukuran sebutir kacang hijau.

4. Sikat gigi anak setidaknya dua kali sehari (sehabis sarapan dan sebelum tidur di malam hari)

5. Gunakan sikat gigi yang lembut dari bahan nilon.

6. Ganti sikat gigi tiap tiga bulan atau bila bulu-bulu sikat sudah rusak.

7. Jadilah teladan dengan mempraktekkan kebiasaan menjaga kesehatan mulut dan lakukan pemeriksaan rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali.

8. Biasakan anak untuk memakan makanan ringan yang sehat, seperti buah segar dan sayuran segar.

9. Hindari makanan ringan yang mengandung gula.

dikutip dari pemaparan Drg.Yerika & Drg. Marshinta

Regards,

Kamis, 09 Desember 2010

menumbuhkan rasa empati pada anak

Dunia yang semakin global dan ekonomi pasar yang penuh dengan persaingan ketat membuat tenggang rasa dan empati sosial masyarakat semakin rendah. Itu kenapa seringkali terjadi konflik sosial di masyarakat. Salah satu upaya yang dapat mencegah meluasnya dan meminimalkan dampak negatif dari globalisasi adalah mensosialisasikan rasa empati sejak dini. Keluarga adalah struktur sosial terkecil yang mampu membentengi patologi sosial yang terus menggejala khususnya masyarakat Indonesia.

Secara naluriah anak sudah mengembangkan empati sejak bayi. Awalnya empati yang dimiliki sangat sederhana, yakni empati emosi. Misalnya pada usia 0-1 tahun, bayi bisa menangis hanya karena mendengar bayi lain menangis, barulah di usia 1-2 tahun, anak menyadari kalau kesusahan temannya bukanlah kesusahan yang mesti ditanggung sendiri. Walaupun demikian, rasa empati pada anak harus diasah. Bila dibiarkan rasa empati tersebut sedikit demi sedikit akan terkikis walau tidak sepenuhnya hilang, tergantung dari lingkungan yang membentuknya.

Banyak segi positif bila kita mengajarkan anak berempati. Mereka tidak akan agresif dan senang membantu orang lain. Selain itu empati berhubungan dengan kepedulian terhadap orang lain, tak heran kalau empati selalu berkonotasi sosial seperti menyumbang, memberikan sesuatu pada orang yang kurang mampu. Empati berarti menempatkan diri seolah-olah menjadi seperti orang lain. Mempunyai rasa empati adalah keharusan seorang manusia, karena di sanalah terletak nilai kemanusiaan seseorang. Oleh karena itu, setiap orang tua wajib menduplikasikan rasa empati kepada anak-anaknya. Menurut Ubaydillah (2005) empati adalah kemampuan kita dalam menyelami perasaan orang lain tanpa harus tenggelam di dalamnya. Empati adalah kemampuan kita dalam mendengarkan perasaan orang lain tanpa harus larut.

Empati adalah kemampuan kita dalam meresponi keinginan orang lain yang tak terucap. Kemampuan ini dipandang sebagai kunci menaikkan intensitas dan kedalaman hubungan kita dengan orang lain (connecting with). Selain itu Empati merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam melakukan hubungan antar pribadi dengan coba memahami suatu permasalahan dari sudut pandang atau perasaan lawan bicara. Melalui empati, individu akan mampu mengembangkan pemahaman yang mendalam mengenai suatu permasalahan. Memahami orang lain akan mendorong antar individu saling berbagi. Empati merupakan kunci pengembangan leadership dalam diri individu.

lindungi anak dari internet

Lagi browsing, eh ketemu artikel yang cukup menarik (menurut saya sich :) ). Artikel ini bercerita tentang kekhawatiran dampak negatif internet buat anak. Hari gini bro… anak-anak dah mulai kenal internet. Judul artikelnya adalah Lindungi Anak dari Bahaya Internet diambil dari Kumpulan.info. Website yang bagus, menyediakan cukup informasi yang bermanfaat… Bagi anda yang tertarik silahkan mengunjungi situs tersebut.

Seiring dengan kemajuan teknologi, penggunaan Internet semakin luas di kalangan masyarakat. Banyak keluarga telah menggunakan jasa langganan Internet, sehingga di dalam rumah, anggota keluarga dapat mengakses Internet dengan mudah. Begitu juga dengan kehadiran telepon seluler yang memungkinkan seseorang dapat mengakses Internet kapan saja dan dari mana saja. Internet dapat memberikan manfaat positif, tetapi juga dapat berdampak negatif. Seorang anak yang menggunakan Internet sering kali menjadi sasaran empuk dari orang-orang yang berniat jahat maupun pornografi. Apa yang dapat dilakukan orang-tua untuk melindungi anak mereka?

Bila digunakan dengan baik, teknologi Internet tentu berdampak positif. Seseorang dapat dengan mudah mencari informasi yang ingin diketahui. Dengan hanya mengetikkan kata pada mesin pencari (search engine), ada banyak situs web yang dirujuk tentang informasi tersebut. Adanya e-mail memungkinkan seseorang dapat mengirim sebuah surat untuk orang lain dengan cepat dan mudah. Ruang obrol (chatting room) memungkinkan seseorang untuk berkomunikasi dengan banyak orang yang saling berjauhan sekaligus. Atau yang sedang marak, hadirnya situs jaringan sosial seperti Facebook atau Friendster yang memungkinkan seseorang untuk menemukan teman lama yang sudah lama tidak dijumpai.

Namun, hal positif dari Internet ternyata dapat berakibat buruk bila digunakan secara tidak bertanggung jawab. Banyak anak yang ketagihan atau kecanduan Internet sehingga mereka betah berlama-lama di depan komputer sehingga lupa akan kewajiban mereka yang lebih penting untuk makan, mandi bahkan enggan untuk belajar. Salah satu penyebab seorang anak begitu menyukai Internet karena mereka mendapatkan suatu pengalaman baru dan mereka bisa mendapatkan kenyamanan. Atau mereka mendapat sesuatu dari dunia maya ini yang tidak bisa didapatkan di dunia nyata. Di dunia maya dia bisa menjadi orang lain yang diinginkan. Misalnya, seorang anak yang pemalu dapat dengan mudah berkenalan melalui chating atau e-mail. Dalam game online, mereka dapat membuat karakter mereka menjadi karakter yang cantik, kaya, atau hal lain yang mungkin berbeda dengan kehidupan nyata mereka.

Bahaya Pornografi Internet

Yang lebih memprihatinkan adalah bila seorang anak ketagihan pornografi di Internet. Dalam seminggu ada lebih dari 4000 situs porno dibuat! Benar-benar angka yang memprihatinkan. Ini tidak hanya melanda anak-anak, kerena banyak orang dewasa yang juga ketagihan pornografi di Internet karena dengan mudah dan tanpa malu, seseorang dapat mengakses dan melihat gambar-gambar porno bahkan melalui telepon genggam.

Awalnya, mungkin seorang anak tidak berniat untuk melihat pornografi dan akan memanfaatkan Internet untuk tujuan yang baik. Tetapi, situs porno ini dapat muncul secara tiba-tiba saat seorang anak mencari bahan informasi untuk tugas sekolahnya atau untuk keperluan lainnya. Seorang anak yang masih lugu belum dapat menilai baik atau buruknya suatu hal, maka seorang anak usia 8-12 tahun sering menjadi sasaran.

Pada usia ini, otak depan seorang anak belum berkembang dengan baik. Sedangkan otak depan adalah pusat untuk melakukan penilaian, perencanaan dan menjadi eksekutif yang akan memerintahkan tubuh untuk melakukan sesuatu. Pada otak belakang merupakan pendukung dari otak depan. Di sini juga dihasilkan dopamin, yaitu hormon yang menghasilkan perasaan nyaman, rileks atau fly pada seseorang.

Seorang anak yang kecanduan akan sulit menghentikan kebiasaannya sehingga dia akan melakukan hal tersebut berulang kali. Anak dapat merasa bersalah tetapi tidak berani mengutarakan perasaannya kepada orang-tuanya karena takut atau kesibukan ayah dan ibunya. Dalam keadaan cemas, otak berputar 2,5 kali lebih cepat dari putaran biasa pada saat normal. Akibat perputaran yang terlalu cepat ini, otak seorang anak dapat menciut secara fisik sehingga otak tidak berkembang dengan baik. Suatu keadaan yang dapat merusak masa depan seorang anak. Selain itu, gambar-gambar cabul yang ada di situs web porno, biasanya akan melekat dan sulit untuk dihilangkan dalam pikiran anak dalam jangka waktu yang cukup lama.

Bahaya Pemangsa Seksual

Internet juga sering dimanfaatkan oleh oknum yang tidak bertanggung jawab untuk mengelabui anak-anak. Ada sebanyak 750.000 pemangsa atau predator seksual setiap hari yang memanfaatkan ruang rumpi (chatting room) untuk berkenalan, kemudian mengajaknya untuk melakukan hubungan seks. Bila tidak berhati-hati, pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab dapat mencuri identitas pribadi yang dapat digunakan untuk melakukan kejahatan.

Ciri Kecanduan Internet

Ciri-ciri seorang anak yang sudah kecanduan Internet umumnya adalah akan marah bila Anda membatasi untuk menggunakan Internet. Dia juga cenderung enggan berkomunikasi dengan orang lain dan bersifat tertutup atau hanya mau berteman dengan orang tertentu saja.

kemarahan orang tua pengaruhi sikap anak

TERIAKAN bocah malang itu tidak juga menghentikan gerakan tangan sang ayah untuk berhenti memukuli tubuh ringkihnya. Barulah setelah tubuh itu diam tak bergerak, kesadaran si ayah langsung pulih. Apa boleh buat, nasi sudah menjadi bubur, nyawa pun melayang sia-sia.

Itu bukan cerita rekaan, tapi benar terjadi Desember 1984. Kasus penganiayaan terhadap Arie Hanggara yang dilakukan ayahnya, menjadi cerita memilukan. Bahkan sempat diangkat ke layar perak.

Arie menjadi korban kekerasan ayahnya yang menyebabkan nyawanya melayang. Ternyata Arie bukan anak terakhir yang mengalami nasib memilukan ini. Penyiksaan anak (child abuse) malah terjadi sepanjang tahun. Bahkan UNICEF pada 2003 melansir laporan sebanyak 3.500 anak berusia kurang dari 15 tahun tewas setiap tahun akibat perlakukan kejam.

Riset yang dilakukan UNICEF di beberapa negara itu juga menunjukkan tingkat kekerasan yang berakhir dengan kematian terjadi di negara-negara kawasan Amerika, Eropa, Pasifik, tergolong tinggi, seperti di AS, Meksiko, Portugal, Belgia, Ceko, Hongaria, Prancis, dan Selandia Baru. Namun Spanyol, Yunani, Italia, Irlandia, dan Norwegia justru tergolong rendah.

Dari temuan UNICEF, ada dua faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap anak. Pertama, stres dan kemiskinan. Kemudian rumah tangga yang kerap diwarnai kekerasan antara suami dan istri.

Bentuk kekerasan yang tidak tepat bisa berpengaruh buruk pada anak dalam jangka panjang. Makian kasar seperti “dasar anak sial” atau “dasar anak nakal” akan terekam kuat dalam diri si anak.

Anak yang sering dimarahi orang tuanya, apalagi diikuti dengan penyiksaan, cenderung meniru perilaku buruk (coping mechanism) seperti bulimia nervosa (memuntahkan makanan kembali), penyimpangan pola makan, anorexia (takut gemuk), kecanduan alkohol dan obat-obatan, dan memiliki dorongan bunuh diri.

“Marah merupakan hal yang normal, tapi kemarahan yang tidak tepat bisa memengaruhi kondisi psikis dan fisik anak,” ujar psikolog dari Jagadnita, Diah P Paramita dalam acara bertajuk ‘Seni bertengkar sehat dengan anak’ di Jakarta, Sabtu (30/8).

Sedangkan psikolog dari Medicare Clinic Anna Surti Ariani menambahkan, tindakan seperti mencubit atau memukul sedapat mungkin dihindari, karena sama sekali tidak perlu. “Asalkan menguasai teknik-teknik mendisiplinkan anak, 50% kenakalan anak akan teratasi,” katanya.

Menurut Nina, begitu ia disapa, mendisiplinkan anak balita harus secara konkret, seperti menunjukkan wajah cemberut. Pada usia ini mereka cenderung meniru. Hal ini sesuai dengan perkembangan kognitif anak. Sedangkan pada anak usia SD disarankan menggunakan metode broken record (piringan hitam rusak). “Ibarat piringan hitam rusak, ucapkan apa yang diinginkan orang tua berulang-ulang,” jelas Nina.

Diah pun menambahkan, marah yang bertujuan untuk mendidik dan memperbaiki kesalahan-kesalahan agar perbuatan serupa tidak terulang lagi. Kemarahan yang diekspresikan secara tidak tepat, akan memengaruhi kemampuan orang tua dalam menerapkan disiplin dan memengaruhi hubungan orang tua dengan anak.

Marah yang diikuti pemukulan menimbulkan luka batin, benci terhadap orang tua, rendah diri, antisosial, dan suka berkelahi. “Anak-anak suka meniru, kalau dipukul akan balas memukul. Selain itu memukul tidak mengubah perilaku,” sambung Diah.

Child Right Information Network–sebuah organisasi yang peduli pada nasib anak-anak– memaparkan pemukulan terhadap anak-anak (baik dengan tangan, ikat pinggang, tongkat, atau sepatu), menendang, melempar, mengguncang-guncangkan tubuh anak, mencakar, menggigit, menyuruh anak diam dalam posisi yang membuatnya tidak nyaman, bila terjadi di Eropa dapat dikenai tuduhan melakukan tindakan kriminal. Austria, Denmark, Finlandia, Islandia, Jerman, Norwegia, dan Swedia memiliki UU yang melarang keras penyiksaan fisik terhadap anak-anak.

Kekesalan orang tua bisa berdampak pada anak. Maka dari itu, orang tua harus menyelesaikan masalahnya lebih dulu. Menurut Diah, orang tua bisa mengikuti terapi untuk mengatasi kemarahan di masa lalu.

Selanjutnya melakukan identifikasi masalah di masa lalu. “Anak yang ibunya sering sekali marah akan sulit untuk disiplin,” tegasnya.

Dalam dialog tersebut juga terungkap bahwa anak yang dekat dengan orang tuanya akan jarang marah. Bila hubungan itu harmonis dan akrab, orang tua lebih mengenal karakter anak sehingga dapat menghindari kondisi pemicu pertengkaran. Diah menyarankan menarik napas setiap kali hendak marah. “Kondisikan diri untuk tidak memerhatikan hal-hal kecil yang bisa membuat marah.”

Agar hubungan orang tua-anak harmonis tingkatkan pendekatan dengan melakukan kegiatan bersama. Kemudian memberi contoh/sikap yang baik bisa meningkatkan rasa percaya diri. Meluangkan waktu untuk bermain bersama, dan memberikan tanggung jawab, membuat anak merasa spesial. “Ajak anak menyiram tanaman biarkan anak memegang selang air,” jelas Diah memberi contoh.

Selain hal yang diungkapkan di atas, Diah menyarankan orang tua menjalin komunikasi nonverbal. Yakni melakukan kontak mata saat berbicara, sikap tubuh sejajar saat berbicara (sambil duduk atau jongkok), rendahkan nada suara, berikan pelukan dan sentuhan lembut pada kepala sebagai tanda berbaikan usai memarahi.

Peran ayah dalam keluarga

Sebuah survei di Amerika menyebut, kini peran ayah dalam keluarga meningkat. Berbagai kajian para psikolog menyatakan, ayah kini mengambil peranan sangat besar dalam aktivitas rumah tangga maupun dalam proses mendidik anak. Para pria juga mengambil cuti saat “menjadi ayah” karena ingin memberikan waktu lebih besar bagi bayinya.

Peran ayah dalam keluarga yang dimaksud di sini adalah aktif dalam membentuk perkembangan emosi anak, menanamkan nilai-nilai hidup, dan kepercayaan dalam keluarga. Berbagai riset tentang perkembangan anak menunjukkan, pengaruh seorang ayah dimulai sejak usia yang sangat dini. Misalnya ditemukan, bayi laki-laki berusia lima bulan yang banyak menghabiskan waktu dengan ayahnya, menjadi jauh lebih nyaman berada di antara orang-orang asing dewasa. Bayi ini lebih banyak mengoceh dan menunjukkan kerelaan untuk digendong dibandingkan dengan bayi yang ayahnya kurang terlibat.

Terlepas dari itu, di sini peranan ibu tetaplah penting. Namun dalam riset ini juga ditemukan, kualitas hubungan dengan ibu bukan merupakan peramal yang sama kuat mengenai keberhasilan atau kegagalan anak dibanding dengan kualitas hubungan anak dengan para ayah. Kedekatan seorang ayah setelah kelahiran bayinya juga biasanya berkelanjutan hingga masa kanak-kanak, remaja dan dewasa. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa peran aktif ayah dalam mendidik anak ternyata menimbulkan perbedaan yang besar bagi anak-anak dan bisa menentukan masa depan mereka.

Sebagaimana diketahui, tantangan pergaulan remaja sekarang jauh berbeda dengan dulu. Narkoba, tawuran, gang motor yang kriminal, pornografi dan pornoaksi adalah bentuk kenakalan remaja yang sudah menunggu di pintu sekolah anak-anak. Bahkan mungkin sudah berada di dalam rumah. Levant (dalam Adelia, 2006) menyatakan bahwa pria punya kemampuan mengenali dan menanggapi emosi anak-anaknya secara konstruktif dibanding wanita. Sehingga, dengan besarnya tantangan kenakalan yang akan dihadapi anak atau remaja nanti, maka tidak bisa tidak, peranan ayah dalam mendidik anak mutlak dilaksanakan.

Di Indonesia, memang begitu banyak buku maupun artikel dari majalah bertemakan “ayah” diminati pasangan muda, terutama prianya. Namun, sejauh mana perkembangan peranan para ayah ini, belum diketahui karena minimnya penelitian tentang keayahan di Indonesia. Sebaliknya, banyak orang tua, terutama Ayah yang hanya menuntut prestasi pada remajanya, tanpa mempedulikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi para remajanya dalam mewujudkan keinginan orang tuanya.

Banyak Ayah yang memukul, memarahi dan melakukan kekerasan pada anak nya karena mendapat nilai jelek. Orang tua berpikir bahwa dengan dimarahi maka remajanya akan menjadi baik. Sayangnya orang tua yang suka marah dan apalagi memukul, justru akan membuat para remajanya tidak betah di rumah. Santrock (1995) memberikan penjelasan, ketika remaja tidak betah dengan kondisi rumah (sikap orang tua yang selalu mencelah bukan memotivasi) maka selanjutnya remaja akan mencari kelompok di luar rumah yang dapat menerima dirinya. Dari kelompok tersebut kemudian sering muncul perilaku-perilaku yang melanggar aturan (kenakalan remaja), seperti berkelahi, mencuri, membolos dan perilaku-perilaku negatif lainnya.